Ada pelajaran yang berharga dari Perang Uhud, dimana umat Muslim di pukul mundur oleh musuh karena tidak komitmennya untuk mentaati perintah Rasulullah. Berikut kisahnya…..
Muhammad terus bekerja keras untuk menata masyarakat. Kehidupan umat Islam di Madinah semakin baik. Setelah menang di Perang Badar, mereka makin disegani kabilah-kabilah Arab. Perdagangan maupun pertanian berjalan lancar. Rongrongan Yahudi, untuk sementara, telah diatasi. Hal itu memudahkan Rasul untuk menyeru masyarakat untuk berperilaku lebih baik. Seruan yang bergema sampai sekarang, bahkan masa mendatang.
Suasana damai tersebut bukan tanpa ancaman. Di Mekah, kaum Qurais menggalang kekuatan besar. Bagi mereka, kuatnya muslim adalah duri yang harus disingkirkan. Apalagi, Madinah berada di tengah jalur perdagangan Mekah-Syam. Maka, Abu Sofyan menggalang kekuatan 3000 orang, termasuk 100 orang asal Thaqif. Sekitar 700 orang diantarany mengenakan baju besi, dan 200 orang pasukan berkuda. Sebanyak 3000 unta mendukung serangan itu.
Muhammad dan masyarakat Muslim tak tahu rencana itu. Sampai kemudian Muhammad menerima surat dari pamannya yang masih kafir, Abbas bin Abdul Muthalib, yang membocorkan rencana tersebut. Orang dari Ghifar yang menjadi kurir Abbas menemui Muhammad di Masjid Quba. Ubay bin Ka’b diminta Muhammad membaca
surat itu. Mereka kemudian kembali Madinah, membahas ancaman Qurais. Anas dan Mu’nis anak Fudzala yang diminta menyelidiki keadaan, melaporkan bahwa musuh telah berada di sekitar Uhud, pinggiran kota Madinah.
Perdebatan berlangsung. Muhammad cenderung untuk bertahan di Madinah. Demikian pula para orang-orang tua asli Madinah, apalagi orang-orang Yahudi. Namun para anak muda –terutama yang belum ikut Perang Badar-mendesak agar mereka menyongsong musuh. Suara terbanyak menghendaki itu. Rasul pun mengalah pada keinginan demokratis tersebut.
Hari itu hari Jumat. Muhammad mengimami salat Jumat, kemudian kembali ke kamarnya. Abu Bakar dan Umar menyusul masuk, membantu Muhammad mengenakan sorban dan baju besinya. Rasulullah saat itu berusia sekitar 58 tahun. Ia memimpin sendiri pasukannya yang berkekuatan 700-an orang. Mereka segera menuju bukit Uhud. Sebanyak 50 orang ditugasi Muhammad untuk menjadi pemanah. Mereka harus menempati posisi di lereng bukit, tanpa boleh pergi, kecuali diperintahkan Muhammad.
Kaum Yahudi juga telah menyiapkan pasukan. Muhammad melarang pasukannya, “minta pertolongan orang musrik untuk melawan orang musrik.” Benar, pasukan Yahudi -yang semestinya juga harus ikut mempertahankan Madinah-membubarkan diri.
Malam itu, mereka bersiaga di lereng-lereng Uhud. Rasul pun menyerahkan pedangnya pada Abu Dujana. Pagi hari tanggal 15 Syawal, tahun kelima Hijriah, darah mulai tumpah setelah Ali berduel dengan komandan pasukan Qurais, Talha anak Abu Talha. Talha tewas seketika. Selanjutnya, Ali, Hamzah dan Abu Dudjana terus berkelebat tak tertahankan. Pedang Rasul menghantam orang-orang Qurais. Bahkan sudah di atas kepala Hindun, namun Abu Dudjana mengurungkan. Ia mengaku tak tega membunuh perempuan, meskipun perempuan itulah yang telah mengobarkan perang.
Hindun memimpin barisan perempuan yang membawa tambur dan bersorak-sorai menyemangati kaum Qurais. Mereka meneriakkan syair-syarir. Antara lain, yang dikutip Haekal, “Kamu maju, kami peluk dan kami hamparkan kasur yang empuk; atau kamu mundur kita berpisah. Berpisah tanpa cinta.”
Keputusan Abu Dudjana keliru. Hindun ternyata mengorganisasikan para budak, termasuk Wahsyi -budaknya asal
Ethiopia. Bila berhasil membunuh Hamzah yang telah menewaskan ayah Hindun di Perang Badar, mereka akan dimerdekakan dari perbudakan. Wahsyi berhasil menghunjamkan tombaknya menembus perut bagian bawah. Tombak terus menancap sampai paman Nabi itu wafat. Konon, Hindun kemudian membelah dada Hamzah dan memakan jantung korban.
Bayang-bayang Perang Badar seperti kembali terlihat, pagi itu. Kaum Qurais mulai kalang-kabut meninggalkan arena. Orang-orang Islam mengejar-kejar mereka. Namun kemudian mereka tergoda oleh harta jarahan. Mereka segera berebut harta yang ditinggalkan orang-orang Qurais.
Para pemanah di puncak-puncak bukit pun berlarian mengejar barang jarahan. Abdullah bin Juzair mengingatkan mereka untuk tidak meninggalkan pos, namun mereka tak peduli.
Di saat demikian, pasukan berkuda Qurais pimpinan Khalid bin Walid memutar bukit melakukan serangan balik. Pasukan muslim yang tak lagi bersiaga kocar-kacir. Korban berjatuhan. Muhammad terdesak hingga mundur ke puncak bukit. Ia sempat terperosok ke dalam lubang jebakan, namun diselamatkan Ali serta Talha anak Ubaidillah. Tokoh Qurais, Uthba bin Abi Waqas, melemparkan batu ke muka Muhammad. Dua keping lingkaran topi baja terputus dan menyobek pipi serta bibir Muhammad. Wajah Sang Rasul pun berdarah-darah.
Panah terus menghujani Muhammad. Namun Abu Dudjana menggunakan punggungnya sebagai perisai untuk melindungi Rasul itu. Saad bin Abi Waqas membalas serangan panah tersebut. Muhammad ikut menyiapkan anak panah bagi Saad. Tak lama setelah itu, kabar kematian Muhammad pun menyebar. Kaum Qurais bersorak-sorai. Dalam keadaan letih mereka pun meninggalkan Uhud untuk kembali ke Mekah. Abu Bakar dan Umar -yang tak mengetahui keberadaan Muhammad-tertunduk lesu. Anas bin Nadzr, yang juga menyangka Rasul meninggal, kemudian mengamuk. Ia menyerang Qurais habis-habisan sampai tubuhnya hancur nyaris tanpa dapat dikenali lagi.
Namun, masih ada satu dua Qurais yang memburu Muhammad. Ubay bin Khalaf berhasil menemukan tempat istirahat Muhammad. Ubay belum sempat mengayunkan pedang tatkala Muhammad berhasil menyambar tombak Harith anak Shimma, dan menghunjamkannya. Ali kemudian membasuh muka Muhammad yang berdarah-darah. Abu Ubaida mencabut pecahan besi yang menembus wajah Muhammad, sehingga dua gigi Rasul itu tanggal.
Mereka semua kemudian salat dzuhur berjamaah sambil duduk. Rasulullah menjadi imamnya. Senja hari, mereka tertatih-tatih menuruni bukit, menghampiri satu demi satu kaum Muslimin yang menjadi korban, lalu memakamkan mereka. 70 orang telah syahid.
Muhammad dan pasukannya kembali ke kota Medinah dengan suasana pilu. Kaum Yahudi menyaksikan mereka dari balik jendela rumah masing-masing. Senyum mengembang di bibir para Yahudi itu. Namun, mereka keliru bila menyangka semangat Muslimin telah runtuh. Esok paginya, Rasul mengerahkan pasukan mengejar pasukan Qurais. Mereka menunggu tiga hari dan menyalakan api unggun sekiranya kaum Qurais berani bertempur. Abu Sofyan, yang telah letih berperang, memerintahkan pasukannya untuk terus pulang ke Mekah
Selengkapnya...
Sabtu, 11 Juni 2011
PELAJARAN BERHARGA DARI UHUD
Adab Wanita Sholehah Keluar Rumah
saudi_women2Wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah Swt, Rasul Nya, kedua ayah bundanya dan kepada suaminya (jika dia telah bersuami). Adab sopan santunya jauh berbeda dengan wanita-wanita yang tidak shalihah (wanita thalihat, jahat). Apabila dia keluar rumah maka dia akan memastikan dirinya benar-benar mengikuti sunnah Rasulullah Saw. Dia tidak akan keluar rumah melainkan jika memakai pakaian yang menutup aurat, yaitu sebuah pakaian yang memenuhi ketentuan syari’at Islam, antara lain:
1. Menutupi seluruh tubuh badan.
2. Tebal dan tidak tipis (transparan).
3. Longgar dan tidak ketat.
4. Tidak diberi parfum atau minyak wangi yang kuat atau menyengat baunya.
5. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
6. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita non Muslim (wanita kafir).
7. Pakaian yang dipakai adalah untuk tujuan ibadah kepada Allah Swt, bukan pakaian untuk menghias diri atau pamer kecantikan diri dan menarik perhatian orang lain atau untuk mencari popularitas.
8. Warna pakaian terbaik adalah warna gelap dan tidak norak (warna mencolok).
Itulah delapan syarat atau kriteria pakaian Muslimah shalihah yang harus dijaga oleh para Mu’minat shalehah. Kriteria pakaian tersebut telah memenuhi persyaratan apa yang disebut sebagai pakaian TAQWA.
Kewajiban Menutup Aurat.
Allah Swt berfirman:
“Hai anak Adam [umat Manusia], sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa [selalu bertaqwa kepada Allah, berpakaian untuk bertaqwa] Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al ‘araf, 7: 26-27)
Batas aurat wanita
a. Seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan sampe pergelangan.
Allah Swt berfirman,
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita, dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah. Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.’” (QS. An Nur, 24: 31)
Dari ‘Aisyah Radhiallahuanha berkata, Rasulullah Saw bersabda,
“Wahai Asma’, sesungguhnya wanita apabila telah haidh tidak boleh dilihat darinya kecuali ini dan ini.” Dan beliau (Rasulullah) mengisyaratkan wajahnya dan kedua tangannya sampe pergelangan. (HR. Abu Daud)
Sesungguhnya wanita diciptakan dalam keadaan fitrahnya senang berhias dan tumbuh dalam keadaan berperhiasan. Perhiasan itu ada dua. Pertama: Yang berasal dari dirinya (tubuhnya) sendiri yang merupakan asal penciptaannya seperti rambut, wajah dan semisalnya. Kedua: Perhiasan yang diambilnya dari luar dirinya kemudian dikenakan untuk memperindah diri seperti anting-anting, cincin, gelang kaki, pewarna kuku (daun pacar) dan selainnya. Kedua jenis perhiasan ini tidak boleh diperlihatkan dihadapan lelaki yang bukan mahram (ajnabi), karena syariat menetapkan hanya pihak-pihak tertentu yang diperkenankan melihat perhiasan si wanita sebagaimana tersebut. Maka satu-satunya jalan untuk memperbaiki keadaan ini adalah dengan kembali kepada hukum yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. [1]
b. Seluruh tubuh kecuali sebiji mata:
Allah Swt berfirman:
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya [yaitu sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada] ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab, 33: 59)
Dari Ibnu Abbas dan Abu Ubaidah Radhiallahuanhuma berkata: “Allah memerintahkan kepada kaum Muslimah untuk menutup kepala dan wajahnya dengan jilbab kecuali satu mata, agar mudah dikenali, bahwa mereka adalah wanita-wanita merdeka.”
Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahuanhuma berkata: Abu Shalih mengatakan kepadaku, Muawiyah berkata kepadaku, dari Ibnu Abbas Radhiallahuanhuma mengenai firman Allah (QS. Al Ahzab, 33: 59): Bahwa Allah Swt memerintahkan kepada isteri-isteri para mukminin jika mereka keluar rumah untuk suatu keperluan, haruslah mereka menutup wajah mereka dari atas kepala mereka dengan jilbab. Dan hendaklah mereka menampakkan satu mata untuk melihat.
Dari Ummu Salamah Radhiallahuanha berkata: Ketika Allah menurunkan wahyu (QS Ahzab, 33: 59), maka wanita-wanita kalangan Anshar keluar dari rumah-rumah mereka, seakan-akan diatas kepala mereka ada burung gagak dari kain hitam yang mereka pakai.
Selain dari ayat-ayat diatas, ada beberapa hadits yang menyempurnakan adab wanita Muslimah jika mereka keluar rumah. Yaitu tiap-tiap wanita atau isteri Muslimah yang shalihah jika hendak keluar rumah wajib meminta izin kepada suaminya atau penanggung jawabnya (orang tua nya) agar mereka senantiasa berada dalam keridhaan Allah Swt.
Wanita Muslimah atau Isteri Wajib Minta Izin Orang Tua atau Suami.
Dari Anas bin Malik Radhiallahuanhu ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:
“Setiap isteri yang keluar rumah tanpa izin suaminya, tetap dalam murka Allah, sehingga kembali kerumahnya atau dimaafkan oleh suaminya.” (pada riwayat lain) setiap malaikat yang ada di langit mengutuknya, dan apa saja yang dilaluinya selain manusia dan jin, sehingga kembali.” [2]
Larangangan Wanita Muslimah Memakai Parfum.
Dibolehkan bagi wanita untuk memakai wangi-wangian apa saja yang disukai, baik yang dipakai dipakaian atau dibadan. Akan tetapi ada ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu Islam mengharamkan wanita memakai wangi-wangian ketika keluar rumah. Karena dapat membangkitkan syahwat dan mengalihkan perhatian bagi siapa saja yang mencium baunya terutama laki-laki.
Dari Abu Musa al Asy’ari Radhiallahuanhu, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:
“Tiap-tiap wanita yang menggunakan harum-haruman kemudian keluar melewati sekelompok kaum supaya dicium baunya oleh kaum itu, maka dia adalah seorang wanita penzina (pelacur) dan setiap mata yang memandangnya juga telah (ikut) melakukan zina (berzina).” [3]
Dari Abu Musa al-Asy’ari berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian keluar rumah dan berjalan melewati satu kaum sehingga mereka dapat mencium baunya, maka ia adalah wanita pezina.” (HR. An-Nasa’I. Hadist No. 5141, 5126, 5143)
Maksud dari hadis di atas adalah bahwa perbuatan seperti itu dapat dikategorikan dengan berzina. Hadits di atas memberikan peringatan, agar Muslimah dapat menghindarkan diri dari perbuatan tersebut yang hanya dilakukan oleh para pezina.
Hadis yang lain, diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiallahuanhu, Rasulullah Saw bersabda:
“Siapa saja wanita yang terkena asap wangi-wangian, maka jangan ikut bersama kami untuk melakukan shalat Isya’ pada akhir malam.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu, bahwa ia suatu saat bertemu dengan seorang wanita yang tercium olehnya bau wangi-wangian, dan di bagian belakang pakaiannya terdapat kain yang menyapu tanah. Abu Hurairah berkata, “Wahai amah (hamba) al-Jabbar, apakah engkau datang dari masjid?” Wanita itu menjawab, “Ya”. Abu Hurairah berkata lagi, “Apakah untuk-Nya engkau memakai wangi-wangian?” Wanita itu menjawab, “Ya”. Kemudian Abu Hurairah menjelaskan, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Tidak akan diterima shalat seorang wanita yang memakai wangi-wangian dalam masjid ini, sehingga ia kembali dan mandi seperti ia mandi janabah (junub).” (HR. Abu Dawud)
Oleh karena itu, menjadi perhatian bagi wanita, apabila untuk pergi ke masjid, Islam melarang wanita menggunakan wangi-wangian. Lalu bagaimana hukumnya jika dipakai ke tempat-tempat umum yang banyak berkumpul laki-laki, seperti pasar atau tempat-tempat pembelanjaan lainnya? Ke masjid saja tidak boleh apalagi yang lebih umum, jelas lebih diharamkan lagi.
Inilah diantara ketentuan syari’ah Islam menegenai adab wanita shalihah keluar rumah, dan adalah orang-orang yang shalih dan shalihah apabila diajak kembali kepada syari’ah Allah Rasul Nya, maka jawabannya hanyalah sami’na wa atha’na “kami mendengar dan kami ta’at” (QS. an Nuur, 24: 51 dan QS. Al Ahzaab, 33: 36).
Wallahu a’lam bisshawab…
Selengkapnya...
Kehancuran Kaum Thamud
Tempat Tinggal Kaum Tsamud
Sesudah kaum 'Ad dibinasakan oleh Allah dengan angin taufan yang sangat kencang, sehingga mengakibatkan manusia yang ingkar bergelimpangan, rumah-rumah dan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi runtuh menjadi berserakan, haiwan-haiwan ternakan diterbangkan angin taufan yang dahsyat itu. Akhirnya negeri itu kosong dan tandus.
Diriwayatkan bahawa negeri itu kosong dari penduduknya, kerana Hud dan pengikutnya yang beriman telah pindah ke Makkah. Akhirnya Allah mengutus bangsa lain untuk menghuni negeri yang rosak itu. Bangsa itu yang dalam Al-Quran disebut bangsa atau kaum Tsamud. Merekalah yang berkuasa di atas bumi yang sebelum ini dikuasai oleh bangsa 'Ad dahulu.
Negeri itu dibinanya semula, sehingga menjadi negeri yang makmur, lebih makmur lagi bila dibandingkan dengan zaman kaum 'Ad yang sudah musnah itu. Di dalamnya penuh dengan kebun-kebun, tanam-tanaman yang indah, dengan hasil bumi yang berlipat ganda. Pendeknya, kehidupan mereka senang dan bahagia, tidak kekurangan segala keperluan sehari-hari.
Al-Quran tidak menentukan tempat tinggal kaum Tsamud, tetapi menerusi firman Allah ini jelas menunjukkan:
“Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah”.
(Fatir: 9)
Jadi tempat tinggal mereka adalah di daerah pegunungan batu. Yang dimaksud lembah oleh ayat ini ialah lembah Al-Qura. Di lembah inilah mereka tinggal. Kebanyakan riwayat menyebutkan bahawa desa Al-Hajr sebagai perkampungan kaum Tsamud. Mereka menyebutkan bahawa di sana ada sebuah sumur yang dinamakan sumur Tsamud. Rasulullah SAW pernah mendatangi sumur itu pada waktu perang Tabuk, dan melarang sahabat-sahabatnya meminum air dan memasuki rumah-rumah di kampung itu.
Kehidupan kaum Tsamud ini seperti kehidupan kaum 'Ad dahulu. Mereka membuat kerosakan dan kesombongan, menunjuk-nunjukkan harta kekayaan yang mereka miliki. Mereka mengira bahawa harta kekayaan yang selama ini mereka pegang dan rasakan adalah untuk selama-lamanya, kesenangan dan kebahagiaan hidup mereka akan tetap selamanya. Lalu mereka berbuat sekehendaknya, mengikuti hawa nafsunya yang angkara murka, bahkan hingga batu-batu yang tidak berharga mereka gunakan sebagai pemujaan dan penyembahan mereka.
Kaum Tsamud adalah penyembah berbagai berhala, antara lain Wad, Jad, Syams, Manaf, Manaat, Al-Lata dan sebagainya.Dakwah ke Jalan Allah
Allah mengutus Nabi bernama Salleh kepada Kaum Tsamud untuk menyeru mereka beribadah kepada Allah dan meninggalkan penyembahan patung-patung (berhala-berhala). Seruan Nabi Salleh kepada mereka: “Hai kaumku, beribadahlah hanya kepada Allah semata. Jangan menyekutukannya dengan sesuatupun. Dia yang menciptakan kamu dari tanah, Dialah yang menjadikan kamu dapat membangun dengan menyediakan alat-alat pembangunan.
Maka wajarlah kalian harus memohon ampun kepada-Nya atas perbuatan dosa yang telah kalian lakukan, mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa, mengampuni dosa orang yang bertaubat, jika ia benar-benar beriman dan ikhlas dalam berdoa.”
Kemewahan Yang Menghancurkan
Kaum Tsamud mendustakan Nabi yang diutus Allah, menolak seruannya untuk beribadah kepada Allah, bertakwa dan meng-Esakan-Nya. Padahal ia Rasul yang dapat dipercaya dan tak mengharapkan upah dalam menyampaikan ajarannya.
Kebiasaan kabilah Tsamud bergelumang dalam kemewahan material antara lain dalam masalah makanan, minuman dan tempat tinggal dengan bangunan-bangunan yang menjulang kukuh. Sehingga mereka ingkar terhadap Nabinya yang bernama Salleh. Nabi Salleh berkata menasihati mereka: “Apakah kalian mengira Allah akan membiarkan kalian bersenang-senang dengan kenikmatan itu. Apakah kalian mengira dapat melindungi diri kalian dari azab Allah, sehingga kalian berfoya-foya sekehendak hati dengan kebun-kebun, mata air, pertanian dengan buah kurmanya yang manis dan masak.
Kalian pahat bahagian-bahagian gunung untuk dijadikan tempat tinggal dan rumah-rumah yang nyaman menyenangkan. Kemudian kalian tidak mahu mensyukuri nikmat Allah yang banyak ini. Bertakwalah kepada Allah, taatilah nasihat-nasihatku. Aku menyeru kalian ke jalan Allah, janganlah kamu turutkan perbuatan-perbuatan orang yang melampaui batas. Mereka melampui batas (mempengaruhi kalian) dalam kekufuran dan kemaksiatan. Mereka membabi-buta membuat kemaksiatan di dunia, dan tidak mengetahui jalan yang benar.”
Seterusnya Nabi Salleh berkata kepada mereka: “Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu bina istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-ganangnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu melampaui batas di muka bumi membuat kerosakan”.
Menuntut Bukti Mukjizat
Kaum Tsamud tidak mahu percaya terhadap nasihat-nasihat Nabi Salleh. Bahkan sebaliknya, mereka menuduh bahawa Salleh terkena sihir yang mengganggu fikirannya. Sehingga dengan pengaruh sihir itu, ia mengaku sebagai utusan Allah.
Pada suatu hari mereka (kaum Tsamud) datang menemui Nabi Salleh untuk minta bukti-bukti kebenaran atas kenabian Salleh. Mereka berkata, "Kalau engkau boleh mendatangkan bukti mukjizat (perkara-perkara luar biasa), maka engkau benar-benar seorang nabi, kalau tidak bererti engkau seorang pembohong."
Mendengar kata-kata dan pendirian mereka yang sedemikian itu, tidak ada yang dapat diperbuat oleh Nabi Salleh kepada mereka kecuali hanya berdoa kepada Allah: "Ya Allah, Ya Tuhanku, kaumku telah mendustakan aku, dan hanya sebahagian sahaja dari mereka yang beriman kepadaku, dan kali ini mereka minta mukjizat atas kenabianku. Untuk mengatasi hal yang sedemikian itu sudilah kiranya Engkau memberikan mukjizat yang dikehendaki mereka itu. Mudah-mudahan dengan mukjizat itu mereka beriman kepada seruan yang kusampaikan kepada mereka."
Allah mengabulkan permintaan Nabi Salleh, lalu Allah berfirman kepadanya: "Pergilah engkau hai Salleh untuk mendapatkan kaummu, dan katakanlah kepada mereka agar berkumpul di luar bandar di kaki gunung yang nampak itu, untuk dapat melihat mukjizat yang mereka kehendaki itu. Dari gunung itu nanti akan muncul seekor unta betina yang luar biasa cantiknya, besar dan gemuk, tak pernah mereka lihat sebelum ini. Tetek unta itu selalu penuh dengan air susu, walaupun setiap detik dan setiap jam air susu itu diperas.
Setiap orang dibolehkan untuk mengambil air susunya, dengan syarat bahawa unta itu harus dibiarkan dengan sebebas-bebasnya, tidak boleh diganggu oleh sesiapa pun. Dan juga unta itu harus dibiarkan meminum air yang ada dalam perigi itu bergantian dengan penduduk. Ertinya hari ini perigi itu digunakan untuk meminumkan unta itu, dan hari berikutnya digunakan untuk penduduk. Dan begitulah seterusnya. Dan sewaktu giliran unta, Nabi Salleh tak seorang pun dari penduduk itu yang dibolehkan mengambil air perigi itu. Begitu pula pada hari giliran penduduk, unta itu tidak akan meminum sedikit pun."
Setelah wahyu itu disampaikan oleh Nabi Salleh kepada kaumnya, maka mereka berkumpul menunggu-nunggu unta yang dimaksudkan itu. Tidak lama kemudian dari gunung itu muncullah seekor unta yang cantik, gemuk dan teteknya penuh dengan air susu, sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Salleh kepada mereka.
Unta itu terus menuju ke perigi dan meminum semua air yang ada dalam perigi. Melihat unta yang gemuk itu, semua penduduk menyediakan baldi dan bekas untuk tempat susu, lalu mengambil air susu dari unta itu.
Demikianlah setiap hari unta itu mengeluarkan air susu, dan tidak henti-hentinya penduduk disitu memerasnya. Dan pada suatu hari, mereka tidak mendapatkan air sama sekali dalam perigi itu, maka sebagai gantinya mereka memeras susu unta itu.
Begitulah dari hari ke sehari, dari minggu ke minggu, orang yang beriman bertambah kuat imannya, sedangkan orang-orang yang ingkar bukan menjadi beriman padahal bukti-bukti dan mukjizat yang mereka minta dahulu telah mereka saksikan, bahkan mereka bertambah dengki kepada Nabi Salleh dan orang-orang yang beriman.
Membunuh Unta
Untuk mewujudkan kedengkian dan iri hati yang terpendam dalam hati kaum Tsamud yang ingkar, maka mereka merancang untuk membunuh unta mukjizat itu dari permukaan bumi, dengan tujuan supaya orang-orang yang beriman semakin berkurang bahkan menghindar dari seruan Nabi Salleh. Kerana seruan dan ajaran Salleh adalah tidak sesuai dengan ajaran nenek moyang mereka yang menyembah patung dan berhala-berhala.
Untuk membunuh unta mukjizat Nabi Salleh itu, para pemimpin kaum Tsamud yang ingkar memberikan motivasi kepada lelaki untuk membunuh unta itu. Motivasi itu adalah dengan menawarkan perempuan-perempuan cantik. Perempuan-perempuan cantik itu akan diserahkan kehormatannya kepada lelaki yang mahu membunuh unta tersebut. Bila seorang lelaki telah ditawan hatinya oleh seorang perempuan cantik, maka lelaki penakut menjadi pemberani, dan lelaki yang bagaimanapun pandainya akan menjadi bodoh.
Akhirnya seorang perempuan cantik yang bernama Shaduq binti Mahya akan menyerahkan kehormatannya dengan sepuas-puasnya kepada seorang lelaki yang bernama Masdak Ibnu Hajar, dengan syarat pemuda itu dapat membunuh unta tersebut. Dan juga seorang perempuan tua yang derhaka sanggup menyerahkan kehormatan anak gadisnya kepada seorang lelaki yang bernama Qudar Ibnu Salif.
Kedua-dua pemuda itu yang sudah dirangsang dengan gadis-gadis cantik, berangkat menuju ke tempat unta itu berada. Dengan diam-diam kedua-dua pemuda itu mendekati unta itu dekat perigi dan menucucuknya dengan pedang yang sangat tajam, hingga akhirnya terburailah susu unta itu, dan tidak lama kemudian unta itu pun mati. Kedua-dua pemuda itu dengan perasaan puas hati dan gembira menemui pemimpin-pemimpin kaumnya atas kematian unta mukjizat tersebut sambil menagih janji gadis-gadis cantik yang akan mereka nikmati.
Mereka mendustakan akan firman Allah melalui Nabi Salleh yang telah memberi ancaman kepada sesiapa sahaja yang berani membunuh unta itu, tapi akhirnya mereka membunuh unta itu dengan mendustakan mukjizat yang telah diperlihatkan kepada mereka.
Kemudian mereka menemui Nabi Salleh dan berkata: "Hai Salleh, datangkanlah seksa yang telah engkau janjikan itu, seandainya engkau benar-benar utusan Allah. Buktinya unta yang merupakan mukjizat itu sudah kami bunuh, dan mana janji bahawa akan didatangkan seksa itu."
Nabi Salleh berkata: "Kamu benar-benar telah berbuat dosa. Sekarang kamu boleh bersenang-senang dan bergembira tiga hari sahaja atas kematian unta itu. Sesudah tiga hari yang dijanjikan Tuhan akan datang, dan bukanlah ini perjanjian yang bohong."
Tempoh tiga hari masih diberikan kepada mereka oleh Nabi Salleh dengan harapan mudah-mudahan mereka sedar dan minta ampun, beriman kepada Allah dan utusan-Nya. Tetapi oleh kaum yang derhaka dan celaka itu, dianggap sebagai tanda kelemahan.
Belum lagi tiga hari, mereka datang lagi kepada Nabi Salleh memaki-hamun lagi dengan bertanya: "Percepatlah datangnya seksa yang engkau janjikan itu".
Dan banyak lagi cara-cara mereka dalam menyakiti dan mendustakan Nabi Salleh. Nabi Salleh hanya berkata: "Wahai kaumku, kenapa kamu minta segera datangnya seksa, bukan kebaikan? Kenapa kamu tidak minta ampun kepada Allah, mudah-mudahan kamu diberinya pengampunan?"
Sehari sebelum janji itu habis, kerana mereka merasa ragu dan takut akan janji Allah itu, maka mereka mengadakan mesyuarat rahsia untuk membunuh Nabi Salleh pada malam itu juga. Kerana menurut sangkaan mereka bahawa dengan terbunuhnya Nabi Salleh, seksa itu tidak akan datang. Namun Allah melindungi hamba-Nya yang benar, Nabi Salleh dijauhkan dari pembunuhan pada malam itu juga.
Pada keesokan harinya tepat sekali apa yang dijanjikan oleh Nabi Salleh itu, maka azab atau seksa yang dijanjikan Tuhan itu turunlah, yang berupa suara petir yang sangat dahsyat. Gemuruh petir yang sangat kuat itu dapat menyebabkan suara yang mengguntur dan dapat menghancurkan rumah dan bangunan-bangunan mereka sebagai tempat tinggal, bukit-bukit yang dipergunakan sebagai benteng, harta kekayaan mereka porak-peranda disambar petir dan tiupan angin. Hanya Nabi Salleh dan pengikutnya yang beriman terselamat dari azab tersebut.
Kehancuran Kaum Tsamud
Kehancuran kaum Tsamud adalah kerana sambaran petir yang mereka saksikan dengan mata mereka sendiri. Petir adalah tenaga elektrik yang dahsyat, yang menimbulkan bunyi yang keras.
“Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa”.
(Al-Haqqah: 5)
Yang dimaksud dengan kejadian luar biasa itu ialah petir yang amat keras yang menyebabkan suara menggelegar dan merosakkan indera pendengaran.
Petir itu menimbulkan goncangan yang hebat, bagaikan terjadinya gempa yang memporak-perandakan bumi.
Selengkapnya...
Insan Di Bawah Cahaya Ilahi
Ahli Ibadah dengan Pelacur yang Cantik Jelita
l-Hasan meriwayatkan, bahawa dahulu ada seorang pelacur yang sangat cantik jelita. Dia tidak mahu melayani orang yang datang kecuali jika dibayar sebanyak seratus dinar.
Secara kebetulan pada suatu hari ada seorang ahli ibadah yang melihat wajah pelacur cantik itu sehingga membuatkan ahli ibadah itu tertarik dan jatuh cinta kepadanya. Kerana lelaki ahli ibadah itu mengetahui, bahawa untuk dapat dilayani oleh pelacur cantik itu orang harus memberinya wang sebanyak seratus dinar, maka lelaki ahli ibadah itu akhirnya pergi mencari pekerjaan untuk mengumpulkan wang sebanyak itu.
Setelah wang sebanyak seratus dinar itu dapat dikumpulkan, dia pun pergi menemui pelacur cantik itu serta berkata kepadanya: “Kecantikanmu telah membuatkan aku benar-benar tergoda, oleh kerana itu, aku telah berusaha sedaya upayaku untuk mendapatkan wang seratus dinar sebagaimana yang engkau kehendaki itu.”
Wanita pelacur itu berkata: “Silakan masuk ke rumahku.”
Dengan tidak berfikir panjang, ahli ibadah itu langsung masuk ke rumahnya. Di dalam rumah pelacur yang cantik jelita itu ada tersedia sebuah tempat tidur yang dibuat dari emas. Pelacur itu lalu duduk di atas tempat tidurnya dan berkata: “Marilah segera mendekatiku.”
Ketika lelaki ahli ibadah itu bermaksud untuk memuaskan nafsunya, pada waktu itu juga tiba-tiba ia ingat kepada Allah sehingga menggigil seluruh tubuhnya. Kepada wanita pelacur tersebut lelaki ahli ibadah itu berkata: “Biarlah aku pergi saja meninggalkan kamu dan wang yang jumlahnya seratus dinar itu ambillah olehmu!”
Wanita pelacur itu kembali bertanya: “Apakah sebenarnya yang terjadi atas dirimu, bukankah kamu telah tergila-gila kepadaku sehingga kamu membanting tulang dan mengeluarkan peluh untuk mendapatkan wang sebanyak seratus dinar? Pada saat ini kamu telah mendapatkan apa yang kamu inginkan itu, akan tetapi mengapa kamu akan meninggalkan aku?”
Lelaki ahli ibadah itu berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah SWT dan juga atas kedudukanku selama ini di sisi-Nya. Berkemungkinan kerana aku akan pergi meninggalkan kamu, kamu merasa benci kepadaku, ketahuilah olehmu, sesungguhnya aku juga sangat membenci kamu kerana Allah.
Wanita pelacur itu berkata: “Jika yang kamu katakan itu benar, aku tidak akan bersuami kepada orang lain melainkan kamu.”
Lelaki ahli ibadah itu berkata: “Biarlah aku keluar!”
Wanita pelacur itu menjawab: “Tidak, kecuali bila kamu mahu menjadi suamiku.”
“Tidak, biarlah aku keluar dari rumahmu ini!” kata lelaki itu.
Wanita itu kembali bertanya: “Apakah yang membuatmu merasa keberatan bila aku memohon kepadamu supaya engkau mahu menikahi aku?”
Lelaki itu menjawab: “Untuk menjadi isteriku boleh saja, akan tetapi aku harus pergi meninggalkan tempat ini kembali ke tempat biasanya aku melakukan ibadah.”
Selepas berkata demikian, lelaki ahli ibadah itu langsung pergi meninggalkan rumah pelacur tersebut. Begitu juga dengan wanita pelacur itu ia ikut serta keluar dari daerahnya untuk bertaubat kepada Allah dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya. Wanita pelacur itu terus berjalan, hingga akhirnya ia sampai ke tempat asal lelaki ahli ibadah tersebut.
Kepada ahli ibadah tersebut seseorang datang menemuinya dan berkata: “Sesungguhnya permaisurimu telah datang kepadamu.”
Ketika ahli ibadah melihat kedatangan wanita itu, ia terkejut dan langsung terjatuh dalam pelukan wanita pelacur yang cantik jelita itu. Pada waktu itu juga lelaki ahli ibadah tersebut menghembuskan nafasnya yang terakhir. Melihat keadaan demikian, kepada orang yang hadir wanita pelacur yang telah bertaubat itu bertanya? “Apakah lelaki idamanku yang telah meninggalkanku buat selama-lamanya ini ada mempunyai saudara?”
Orang yang hadir pada waktu itu menjawab: “Ia ada mempunyai seorang saudara lelaki, akan tetapi saudara lelakinya itu hidup dalam keadaan kemiskinan.”
“Jika memang demikian, aku akan menikah dengannya sebagai ganti dari lelaki yang aku cintai ini,” kata wanita itu.
Akhirnya wanita tersebut menikah dengan saudara lelaki ahli ibadah itu dan dari hasil pernikahan tersebut, Allah SWT mengurniakan kepada mereka sebanyak tujuh orang anak yang kemudian ketujuh orang anak tersebut menjadi nabi semuanya.
Sebuku Roti Penebus Dosa
... bu Burdah bin Musa Al-Asy’ari meriwayatkan, bahawa ketika menjelang wafatnya Abu Musa pernah berkata kepada puteranya: “Wahai anakku, ingatlah kamu akan cerita tentang seseorang yang mempunyai sebuku roti.”
Dahulu kala di sebuah tempat ibadah ada seorang lelaki yang sangat tekun beribadah kepada Allah. Ibadah yang dilakukannya itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun. Tempat ibadahnya tidak pernah ditinggalkannya, kecuali pada hari-hari yang telah dia tentukan. Akan tetapi pada suatu hari, dia digoda oleh seorang wanita sehingga diapun tergoda dalam pujuk rayunya dan bergelumang di dalam dosa selama tujuh hari sebagaimana perkara yang dilakukan oleh pasangan suami-isteri.
Setelah ia sedar, maka ia lalu bertaubat, sedangkan tempat ibadahnya itu ditinggalkannya, kemudian ia melangkahkan kakinya pergi mengembara sambil disertai dengan mengerjakan solat dan bersujud.
Akhirnya dalam pengembaraannya itu ia sampai ke sebuah pondok yang di dalamnya sudah terdapat dua belas orang fakir miskin, sedangkan lelaki itu juga bermaksud untuk menumpang bermalam di sana, kerana sudah sangat letih dari sebuah perjalanan yang sangat jauh, sehingga akhirnya dia tertidur bersama dengan lelaki fakir miskin dalam pondok itu.
Rupanya di samping kedai tersebut hidup seorang pendita yang ada setiap malamnya selalu mengirimkan beberapa buku roti kepada fakir miskin yang menginap di pondok itu dengan masing-masingnya mendapat sebuku roti. Pada waktu yang lain, datang pula orang lain yang membagi-bagikan roti kepada setiap fakir miskin yang berada di pondok tersebut, begitu juga dengan lelaki yang sedang bertaubat kepada Allah itu juga mendapat bahagian, kerana disangka sebagai orang miskin.
Rupanya salah seorang di antara orang miskin itu ada yang tidak mendapat bahagian dari orang yang membahagikan roti tersebut, sehingga kepada orang yang membahagikan roti itu ia berkata: “Mengapa kamu tidak memberikan roti itu kepadaku.”
Orang yang membagikan roti itu menjawab: “Kamu dapat melihat sendiri, roti yang aku bagikan semuanya telah habis, dan aku tidak membagikan kepada mereka lebih dari satu buku roti.”
Mendengar ungkapan dari orang yang membagikan roti tersebut, maka lelaki yang sedang bertaubat itu lalu mengambil roti yang telah diberikan kepadanya dan memberikannya kepada orang yang tidak mendapat bahagian tadi. Sedangkan keesokan harinya, orang yang bertaubat itu meninggal dunia.
Di hadapan Allah, maka ditimbanglah amal ibadah yang pernah dilakukan oleh orang yang bertaubat itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun dengan dosa yang dilakukannya selama tujuh malam. Ternyata hasil dari timbangan tersebut, amal ibadat yang dilakukan selama tujuh puluh tahun itu dikalahkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya selama tujuh malam. Akan tetapi ketika dosa yang dilakukannya selama tujuh malam itu ditimbang dengan sebuku roti yang pernah diberikannya kepada fakir miskin yang sangat memerlukannya, ternyata amal sebuku roti tersebut dapat mengalahkan perbuatan dosanya selama tujuh malam itu.
Kepada anaknya Abu Musa berkata: “Wahai anakku, ingatlah olehmu akan orang yang memiliki sebuku roti itu!”
Empat Puluh Tahun Berbuat Dosa
... alam riwayat yang lain pula dijelaskan, bahawa pada zaman Nabi Musa as, kaum bani Israil pernah ditimpa musim kemarau panjang, lalu mereka berkumpul menemui Nabi Musa as dan berkata: “Wahai Kalamullah, tolonglah doakan kami kepada Tuhanmu supaya Dia berkenan menurunkan hujan untuk kami!”
Kemudian berdirilah Nabi Musa as bersama kaumnya dan mereka bersama-sama berangkat menuju ke tanah lapang. Dalam suatu pendapat dikatakan bahawa jumlah mereka pada waktu itu lebih kurang tujuh puluh ribu orang.
Setelah mereka sampai ke tempat yang dituju, maka Nabi Musa as mulai berdoa. Diantara isi doanya itu ialah: “Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah kepada kami rahmat-Mu dan kasihanilah kami terutama bagi anak-anak kecil yang masih menyusu, haiwan ternak yang memerlukan rumput dan orang-orang tua yang sudah bongkok. Sebagaimana yang kami saksikan pada saat ini, langit sangat cerah dan matahari semakin panas.
Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka aku mengharapkan keberkatan Nabi yang ummi iaitu Muhammad SAW yang akan Engkau utus untuk Nabi akhir zaman.
Kepada Nabi Musa as Allah menurunkan wahyu-Nya yang isinya: “Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kamu mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan tetapi bersama denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan melakukan perbuatan maksiat selama empat puluh tahun. Engkau boleh memanggilnya supaya ia keluar dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini! Orang itulah sebagai penyebab terhalangnya turun hujan untuk kamu semuanya.”
Nabi Musa kembali berkata: “Wahai Tuhanku, aku adalah hamba-Mu yang lemah, suaraku juga lemah, apakah mungkin suaraku ini akan dapat didengarnya, sedangkan jumlah mereka lebih dari tujuh puluh ribu orang?” Allah berfirman: “Wahai Musa, kamulah yang memanggil dan Aku-lah yang akan menyampaikannya kepada mereka!.”
Menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah, maka Nabi Musa as segera berdiri dan berseru kepada kaumnya: “Wahai seorang hamba yang derhaka yang secara terang-terangan melakukannya bahkan lamanya sebanyak empat puluh tahun, keluarlah kamu dari rombongan kami ini, kerana kamulah, hujan tidak diturunkan oleh Allah kepada kami semuanya!”
Mendengar seruan dari Nabi Musa as itu, maka orang yang derhaka itu berdiri sambil melihat kekanan kekiri. Akan tetapi, dia tidak melihat seorangpun yang keluar dari rombongan itu. Dengan demikian tahulah dia bahawa yang dimaksudkan oleh Nabi Musa as itu adalah dirinya sendiri. Di dalam hatinya berkata: “Jika aku keluar dari rombongan ini, nescaya akan terbukalah segala kejahatan yang telah aku lakukan selama ini terhadap kaum bani Israil, akan tetapi bila aku tetap bertahan untuk tetap duduk bersama mereka, pasti hujan tidak akan diturunkan oleh Allah SWT.”
Setelah berkata demikian dalam hatinya, lelaki itu lalu menyembunyikan kepalanya di sebalik bajunya dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya sambil berdoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah derhaka kepada-Mu selama lebih empat puluh tahun, walaupun demikian Engkau masih memberikan kesempatan kepadaku dan sekarang aku datang kepada-Mu dengan ketaatan maka terimalah taubatku ini.”
Beberapa saat selepas itu, kelihatanlah awan yang bergumpalan di langit, seiring dengan itu hujanpun turun dengan lebatnya bagaikan hanya ditumpahkan saja dari atas langit.
Melihat keadaan demikian maka Nabi Musa as berkata: “Tuhanku, mengapa Engkau memberikan hujan kepada kami, bukankah di antara kami tidak ada seorangpun yang keluar serta mengakui akan dosa yang dilakukannya?”
Allah berfirman: “Wahai Musa, aku menurunkan hujan ini juga di sebabkan oleh orang yang dahulunya sebagai sebab Aku tidak menurunkan hujan kepada kamu.”
Nabi Musa berkata: “Tuhanku, lihatkanlah kepadaku siapa sebenarnya hamba-Mu yang taat itu?”
Allah berfirman: “Wahai Musa, dulu ketika dia derhaka kepada-Ku, Aku tidak pernah membuka aibnya. Apakah sekarang. Aku akan membuka aibnya itu ketika dia telah taat kepada-Ku? Wahai Musa, sesungguhnya Aku sangat benci kepada orang yang suka mengadu. Apakah sekarang Aku harus menjadi pengadu?”
Selengkapnya...
Kisah Nabi Sulaiman & Jin
Jin Sebahagian Tentera Nabi Sulaiman
Sulaiman bin Daud adalah satu-satunya Nabi yang memperoleh keistimewaan dari Allah SWT sehingga boleh memahami bahasa binatang. Dia boleh bicara dengan burung Hud Hud dan juga boleh memahami bahasa semut. Dalam Al-Quran surah An Naml, ayat 18-26 adalah contoh dari sebahagian ayat yang menceritakan akan keistimewaan Nabi yang sangat kaya raya ini.
Firman Allah,
“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata, “hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.”
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tenteranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, “hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya, sedangkan mereka tidak menyedari.”
Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut itu. Katanya,
“Ya Rabbi, limpahkan kepadaku kurnia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; kurniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh.”
(An-Naml: 16-19)
Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor semut, “Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun?”
“Sebesar biji gandum,” jawabnya.
Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu.
“Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya?” tanya Nabi Sulaiman.
“Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah,” jawab si semut. “Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahawa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Kerana itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya.”
Nabi Sulaiman, walaupun ia sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah nisbi dan terbatas. Yang Maha Kaya secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi Sulaiman, meskipun sangat baik dan kasih, namun yang Maha Baik dan Maha Kasih dari seluruh pengasih hanyalah Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman tersimpan sifat terbatas dan kenisbian yang tidak dapat dipisahkan; sementara dalam Zat Allah sifat mutlak dan absolut.
Bagaimanapun kayanya Nabi Sulaiman, dia tetap manusia biasa yang tidak boleh sepenuhnya dijadikan tempat bergantung. Bagaimana kasihnya Nabi Sulaiman, dia adalah manusia biasa yang menyimpan kedaifan-kedaifannya tersendiri. Hal itu diketahui oleh semut Nabi Sulaiman. Kerana itu, dia masih tidak percaya kepada janji Nabi Sulaiman ke atasnya. Bukan kerana khuatir Nabi Sulaiman akan ingkar janji, namun khuatir Nabi Sulaiman tidak mampu memenuhinya lantaran sifat manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri bulat-bulat hanyalah kepada Allah SWT semata, bukan kepada manusia.
Golongan Jin Iri Hati Dengan Ratu Balqis
Ratu Balqis adalah seorang wanita yang sangat cantik dan mempunyai akal yang cerdas, oleh sebab itulah golongan jin merasa iri hati dengannya. Mereka mengatakan bahawa Ratu Balqis itu mempunyai dua aib, pertama tubuhnya pendek dan kedua betisnya seperti betis unta.
Maka Nabi Sulaiman memerintahkan supaya para Jin mengubah sedikit singgahsana Ratu Balqis, lalu beliau menyuruh pula membangun sebuah mahligai yang dibuat dari kaca. Bahagian bawah mahligai tersebut dan kelilingnya mengalir sungai-sungai dengan berisikan ikan-ikan, di atas air itu dibuat sebuah jambatan daripada kaca.
Ketika Ratu Balqis dan rombongan tiba, Nabi Sulaiman bertanya kepadanya: “Apakah ini singgahsanamu? Ratu Balqis menjawab: Mungkin! Ia tidak mengatakan ya, kerana dilihatnya ada sedikit perubahan. Tetapi tidak mengatakan bukan, disebabkan ada sebahagian yang serupa dengan singgah-sananya. Dari jawapan Ratu Balqis itu, tahulah Nabi Sulaiman as bahawa ia adalah seorang wanita yang berakal sempurna serta bijaksana.
Kemudian Nabi Sulaiman as menyuruh tamunya itu masuk ke dalam istana. Ketika Ratu Balqis melihat ke dalam istana, ia melihat seakan-akan ada aliran air, sehingga ia mengangkat kainnya, sehingga betisnya tersingkap. Nabi Sulaiman as melihat betisnya itu, maka tidak ada satu aibpun seperti yang disampaikan oleh golongan jin.
Nabi Sulaiman berkata kepada Ratu Balqis: “Ini adalah sebuah mahligai yang licin, ia dibentuk daripada kaca.” ketika Ratu Balqis menyaksikan betapa hebatnya Nabi Sulaiman, ia berkata dalam hatinya: “Walaupun kerajaanku luas, singgahsanaku indah dan megah, bala tenteraku ramai, namun jika dibandingkan dengan semua yang aku saksikan ini, seakan-akan milikku tidak bererti.
Kemudian ia berkata seperti yang diungkapkan di dalam Quran, firman Allah SWT surah An Naml ayat 44 bermaksud: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah Tuhan semesta alam.” Setelah itu Ratu Balqis pun berkahwin dengan Nabi Sulaiman as. Peristiwa pernikahan Nabi Sulaiman dengan Ratu Balqis ini terjadi pada hari Jumaat.
Begitu besarnya kerajaan Nabi Sulaiman as. yang mana angin sebagai kenderaannya, manusia dan jin sebagai tenteranya, burung sebagai pembantu dan teman-teman bercakapnya, binatang-binatang buas sebagai buruhnya dan para malaikat sebagai utusannya.
Nabi Sulaiman as mempunyai satu padang, sebahagian tanahnya terbuat daripada emas dan sebahagian lagi daripada perak. Jika tenteranya berbaris di padang itu, maka panjang barisan itu tidak kurang dari seratus parsakh. Sedangkan luas tempat tinggalnya adalah sebulan perjalanan.
Kemudian golongan jin membuat untuknya sebuah permaidani daripada emas dan perak. Pada permaidani tersebut terdapat dua belas ribu mihrab, pada setiap mihrab terdapat kursi daripada emas dan perak, kemudian duduk di atas tiap-tiap kursi tersebut seorang yang alim dari ulamak Bani Israil.
Pada setiap hari dimasak kira-kira seribu unta, empat ribu lembu dan empat puluh ribu kambing. Nabi Sulaiman juga mempunyai piring-piring yang besar bagaikan kolam dan periuk yang tetap berada di atas tungku.
Firman Allah SWT:
“Para jin membuat untuk Nabi Sulaiman apa yang dikehendaknya dari bangunan yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang besarnya seperti kolam dan periuk yang tetap berada di atas tungku.” (Saba’: 13) Begitu besarnya nikmat dan kelebihan Nabi Sulaiman as. Namun begitu kelebihan dan kenikmatan umat Nabi Muhammad SAW yang beriman, di dalam Syurga nanti disediakan tempat-tempat tinggal dan darjat, kebun-kebun, sungai-sungai dan buah-buahan. Di dalamnya diperolehi segala sesuatu yang menyenangkan jiwa dan mata. Di dalamnya juga terdapat sesuatu yang tidak pernah terlintas oleh fikiran manusia.
Dikisahkan bahawa serendah-rendah darjat tempat umat Nabi Muhammad SAW di dalam Syurga itu ialah seratus kali luas kerajaan Sulaiman as. Malah lebih baik, kerana Syurga adalah tempat yang abadi. Di dalamnya tidak ada matahari, kesejukan, kesakitan, kesusahan serta lain-lain penderitaan. Di Syurga adalah tempat yang abadi, kesenangan tanpa batas, pemberian tanpa dihitung, penerimaan tanpa ditolak.
Ada Syurga yang dinamakan dengan Darussalam, di dalamnya mempunyai keselamatan tanpa adanya kebinasaan, kenikmatan tanpa malapetaka, kecintaan tanpa permusuhan, kemuliaan tanpa kehinaan serta bermacam-macam lagi kenikmatan yang sukar untuk diungkapkan.
Kemudian Syurga Jannatunna’im. Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa disediakan di sisi Tuhan mereka Syurga kenikmatan. Di dalamnya para hamba-hamba-Nya bertempat tinggal, para nabi menjadi sahabatnya, tinggal kekal dalamnya dengan kurnia yang berlimpah ruah. Tidak ada kesusahan di dalamnya, terdapat bidadari cantik dan jelita, mahligainya tinggi dan tempat yang luas.
Syurga Firdaus, disediakan bagi orang-orang yang tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu, menjauhkan diri daripada perbuatan maksiat, tidak membuat kemungkaran serta menjalankan segala yang diperintahkan Allah SWT. Allah SWT menjadikan penghuni Syurga ini sebagai kekasihNya.
Di dalam Syurga Firdaus terdapat empat sungai, iaitu sungai dari air tawar, sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai dari air arak yang lazat rasanya dan sungai air madu. Di dalamnya juga diperolehi berbagai macam buah-buahan. Ada lagi empat mata air iaitu: Salsabil, Zanjabil, Rohiiq dan Tasniim. Ada lagi dua mata air yang mengalir dan dua mata air yang memancar, iaitu Al-kaafuur dan Al-kautsar. Di dalamnya juga diperolehi segala sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam hati.
Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.”
(Al-Qamar: 54-55)
Selengkapnya...
Penyesalan Yang Terlewat
Sesal Seorang Ibu
. uatu hari seorang alim yang sangat takwa kepada Tuhan bermaksud untuk pergi ke Tanah Suci mengerjakan ibadah haji. Waktu dia meminta izin kepada ibunya, ternyata perempuan tua itu sangat keberatan. Menurut ibunya, tunda dahulu keberangkatanmu sampai tahun depan. Ia merasa bimbang terhadap keselamatan anaknya, kerana orang alim itu adalah satu-satunya anak yang hidup dari hasil perkahwinan dengan almarhum suaminya.
Rupanya orang alim yang soleh itu sudah tidak dapat menahan keinginannya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Maka, walaupun tidak mendapat restu dari ibunya, dia berkemas-kemas lalu berangkat menuju ke Tanah Haram. Jelas keputusannya ini bertentangan dengan ajaran Nabi. Kerana redha Allah bergantung kepada redha orang tua, begitu pula murka Allah terletak dalam murka orang tua.
Ketika menyaksikan anaknya yang pergi juga, ibu yang sudah tua itu tergopoh-gapah mengejar anaknya. Akan tetapi anaknya itu sudah telalu jauh. Dia tidak mendengar suara ibunya yang memanggil-manggil sambil berlari-lari itu. Dalam marahnya ibu yang sangat cinta kepada anaknya tersebut menadahkan kedua tangannya lalu berdoa: “Ya Allah, anakku satu-satunya telah membakar diriku dengan panasnya api perpisahan. Kumohon pada-Mu, balaslah dia dengan seksaan yang setimpal. Sebagai ibunya, aku merasa sakit hati, ya Allah.”
Doa ini jelas tidak pada tempatnya bagi seorang ibu yang seharusnya bijaksana. Sebab di antara doa-doa yang dikabulkan adalah doa seorang ibu terhadap anaknya. Bumi seolah-olah bergoyang mendengar doa ini. Namun orang alim tadi terus juga berjalan. Pada sebuah kota kecil sebelum sampai tempat tujuannya, orang alim itu berhenti melepaskan lelah. Menjelang Maghrib dia berangkat ke masjid dan solat sampai Isyak. Sesudah itu ia terus mengerjakan solat-solat sunat dan wirid hingga jauh malam.
Secara kebetulan di sudut kota yang lain, pada malam itu terjadi peristiwa yang menggemparkan. Ada seorang pencuri yang masuk ke dalam rumah salah seorang penduduk. Orang yang punya rumah terjaga dan bersuara. Tiba-tiba pencuri itu terjatuh kerana terlanggar suatu benda di kakinya. Ketika terdengar bunyi sesuatu yang jatuh itu, maka orang yang punya rumah pun memekik-mekik sambil berkata: “pencuri! pencuri.”
Seisi kampung terbangun semuanya. Dengan ketakutan pencuri itu lari sekuat tenaga. Orang-orang kampung terus mengejarnya. Pencuri itu lari ke arah masjid dan masuk ke halaman masjid tersebut. Orang-orang pun mengejar ke sana. Ternyata pencuri itu tidak ditemukan di dalam rumah Allah itu.
Salah seorang di antara mereka memberitahu kepada pemimpinnya: “Kita sudah mencari di sekeliling masjid, namun tidak ada bekas-bekasnya sedikitpun.”
Yang lainnya pula berkata: “Tidak mungkin dia ditelan bumi, aku yakin dia belum lari dari sini. Kalau di luar masjid tidak ada, mari kita cari ke dalam masjid. Berkemungkinan dia bersembunyi di situ.”
Maka orang-orang pun masuk ke dalam masjid. Ternyata betul, di dekat mimbar ada seorang asing sedang duduk membaca tasbih. Tanpa bertanya-tanya lagi orang itu ditarik keluar. Tiba di halaman masjid, orang tadi sudah terkulai dan pengsan kerana dipukul beramai-ramai.
Penguasa hukum di kota tersebut malam itu juga memutuskan suatu hukuman yang berat kepadanya atas desakan masyarakat yang marah. Maka orang tersebut diikat pada tiang dan dicambuk badannya.
Keputusan dari hakim ini jelas menyalahi ajaran Nabi, bahawa seorang hakim seharusnya menyelidiki hingga hujung suatu perkara, dan tidak boleh menjatuhkan keputusan berdasarkan hawa nafsu. Begitu juga walaupun lelaki itu dituduh menodai kesucian masjid kerana bersembunyi di dalamnya, dengan berpura-pura bersembahyang dan membaca wirid, padahal dia adalah pencuri.
Pagi-pagi lagi seluruh penduduk kota itu sudah berkumpul di pasar menyaksikan jalannya hukumam qisas itu. Selain algojo melaksanakan tugasnya, orang-orang pun bersorak-sorak melihat si alim dicambuk hingga pengsan. Mereka tidak lagi mematuhi ajaran Islam untuk berbuat adil terhadap siapa saja, termasuk kepada pencuri yang jahat sekalipun. Darah memercik ke sana ke mari, orang-orang kelihatan semakin puas.
Semakin siang semakin ramai orang yang berkumpul menonton dan meludahi pencuri yang terkutuk itu. Dalam kesakitannya, orang alim yang dihukum sebagai pencuri itu mendengar salah seorang penduduk yang berkata: “Inilah hukuman yang setimpal bagi pencuri yang bersembunyi di dalam masjid!” Sambil meludah muka orang alim tersebut.
Orang yang dihukum yang dianggap pencuri ini dengan suara yang tersendat-sendat membuka mulutnya berkata: “Tolong jangan katakan demikian. Lebih baik beritahukanlah kepada orang ramai bahawa saya ini adalah hamba Allah yang ingin mengerjakan ibadah haji, tapi tidak mendapat restu dari orang tua.”
Mendengar ucapan ini, orang yang mendengar jadi terkejut dan menanyakan siapakah dia sebenarnya. Orang alim tadi membuka rahsianya, dan masyarakat jadi serba salah. Akhirnya mereka terpaksa memberitahukan hal itu kepada hakim.
Setelah hakim itu datang dan tahu duduk perkara yang sebenarnya, maka semua mereka menyesal. Mereka kenal nama orang alim itu, iaitu orang yang soleh dan ahli ibadah. Cuma belum pernah tahu rupanya. Ibu-ibu yang hadir serta orang tua lainnya ramai yang merasa sedih tidak dapat menahan diri, tapi sudah tidak ada gunanya.
Malamnya, atas permintaan orang alim itu setelah dibebaskan dari seksaannya, dihantarkan ke rumah ibunya. Pada waktu orang alim tersebut akan dihantar, ibunya telah berdoa: “Ya Allah, jika anakku itu telah mendapatkan balasannya, maka kembalikanlah dia kepadaku agar aku dapat melihatnya.”
Begitu selesai doa si ibu, orang yang membawa anaknya pun sampai. Orang alim itu minta didudukkan di depan pintu rumah ibunya, dan mempersilakan orang yang mengantarnya itu pergi. Sesudah keadaan sunyi kembali, tidak ada orang lain, maka orang alim itupun berseru dengan suara yang pilu: “Asalamualaikum.”
Maka terdengarlah suara oang tua yang menjawab salamnya dari dalam. Bergetar hati si alim mendangar suara itu:
“Saya adalah musafir yang terlantar. Tolonglah beri saya roti dan air sejuk,” kata orang alim itu menyamar diri.
“Mendekatlah engkau ke pintu. Hulurkan tanganmu melalui celah pintu,” jawab suara tadi dari dalam.
“Maaf, saya tidak boleh mendekati pintu kerana kedua kaki saya sangat kaku. Saya juga tidak dapat menghulurkan tangan melalui celah pintu, kerana tangan saya terasa letih.”
“Jadi bagaimana caranya?” Si ibu mengeluh kehilangan akal. “Antara kita ada pemisah yang tidak boleh dilanggar. Engkau lelaki yang tidak saya kenal, dan saya, walaupun sudah tua, adalah seorang perempuan.”
“Jangan bimbang wahai puan,” kata orang alim tersebut. “Saya tidak akan membuka mata kerana kedua mata saya sangat pedih, jadi saya tidak akan melihat ke arah puan.”
Mendengar jawapan itu, tidak beberapa lama kemudian perempuan itu pun keluar membawa sepotong roti dan segelas air sejuk. Orang alim itu begitu saja merasakan kehadiran ibunya, sudah tidak mampu lagi menahan diri. Ia memeluk kaki ibunya dan menjerit sambil menangis: “Ibu, saya adalah anak ibu yang derhaka.” Ibunya pun merasa sedih. Dipandangnya orang cacat di mukanya itu lalu ia menjerit ternyata adalah anaknya. Mereka berdua saling berpelukan dalam tangisan.
Ketika itu juga perempuan tersebut menadahkan tangannya memohon ampun kepada Allah: “Ya Allah, kerana telah jadi begini sungguh saya menyesal atas kemarahan saya kepada anak sendiri, saya bertaubat untuk tidak mengulangi lagi perkara ini, ampunilah saya ya Allah, serta ampunilah dosa orang-orang yang menyeksanya kerana kami semua telah disesatkan oleh godaan iblis dengan nafsu marah.”
^ Kembali ke atas ^
Sesal Dari Buruk Sangka
Malam itu gerimis turun. Angin pun bertiup sungguh sangat dingin. Tapi kedua suami isteri yang tinggal di sebuah rumah kecil itu berkeinginan betul hendak keluar juga. Kerana ibu si suami itu dalam keadaan sakit tenat, mungkin hanya tinggal menunggu waktu saja. Hanya yang sangat merisaukan hati mereka, bagaimana dengan anaknya Harun, anak mereka yang baru saja berumur empat bulan. Kalau diajak pergi takut masuk angin dan dapat berakibat sakit.
“Bagaimana Aminah, kita bawa saja Harun?” Tanya si suami.
“Jangan bang, angin kencang,” cegah isterinya.
“Habis siapa yang akan menjaganya di rumah? Apakah mungkin akan kita tinggalkan dia sendirian? Aku tak sanggup, sebab rumah kita ini terlalu dekat dengan tanah perkuburan,” kata si suami.
“Ah, abang, janganlah berfikir yang bukan-bukan,” kata isterinya yang cantik dan manis itu. “kan ada Hurairah (kucing) di rumah. Dia saja kita suruh menjaga Harun.” Kata si isteri.
“Betul juga, mengapa aku tidak ingat pada si Hurairah.” Balas suaminya dengan gembira.
“Meong....” teriaknya kemudian. Maka terdengarlah suara Hurairah membalas suara tuannya itu. Lalu dengan langkah-langkah kecil dia mendekati tuannya.
“Wahai Hurairah, malam ini engkau tidak usah menjaga lumbung padi dari dimakan oleh tikus-tikus, kami berdua mahu pergi, oleh kerana itu jagalah si Harun,” kata si suami.
Kucing yang cantik itu mengeong sambil mengibas-ngibaskan ekornya. Kalau boleh berkata dia akan menjawab: “Jangan bimbang tuan, saya akan menunggu dan menjaga si Harun supaya ia tertidur dengan nyenyak. Tidak akan saya izinkan seekor nyamuk pun hinggap di tubuhnya.”
Setelah berpesan begitu, maka pasangan suami dan isteri itu pun berangkat dengan perasaan lega. Mereka tahu bahawa Hurairah akan melakukan pekerjaannya dengan baik, sebab dia adalah seekor kucing yang sangat setia dengan majikannya.
Setelah melihat majikannya sudah pergi, maka Hurairah dengan cepat dan diam-diam melompat ke atas tempat tidur. Ia duduk di sebelah si Harun yang tengah mendengkur dengan nyenyaknya. Ekornya dikibas-kibaskannya agar tidak seekor nyamuk pun yang berani mengganggunya. Matanya dengan tajam mengawasi sekelilingnya, sementara kedua kaki depannya siap mencakarkan kukunya kepada siapa saja yang berniat untuk mengusik ketenangan majikan kecilnya.
Menjelang pukul sepuluh malam, tiba-tiba kucing itu mendengar bunyi mendesis dari bawah tempat tidur. Dengan secepat mungkin Hurairah memasang kuda-kuda serta siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Matanya tiba-tiba terbeliak terkejut dan marah, ketika melihat sebuah mulut yang ternganga dengan taring dan lidah yang menjulur panjang. Rupanya dia adalah seekor ular besar yang sudah siap untuk menelan Harun yang masih kecil itu.
Dengan cepat Hurairah melompat, giginya langsung masuk menghunjam ke leher ular tersebut, dan cakarnya menyerang dengan buas. Ular itu murka kerana niatnya dihalang-halangi oleh makhluk lain. Matanya merah seperti besi terbakar. Dia membalas menyerang dengan hebat. Badan Hurairah dibelit dengan kuat, sambil mulutnya mematuk-matuk muka Hurairah.
Hurairah hampir kehabisan tenaga, kerana dibelit oleh ular besar itu, manakala mukanya pun telah berlumuran darah. Namun dia tidak mahu binasa sebelum dapat membunuh ular tersebut. Dengan segala kemampuan dan kesakitannya, ia berusaha untuk menyelamatkan nyawa anak tersayang kedua majikannya itu. Akhirnya ia berhasil melepaskan diri, lalu dengan cepat menerkam leher ular itu. Digigitnya batang leher makhluk jahat tersebut sekuat tenaga sehingga akhirnya matilah musuhnya itu.
Begitu dilihatnya binatang pengganggu itu sudah tergolek kaku, barulah Hurairah dengan sisa-sisa tenaganya naik lagi ke atas tempat tidur si Harun dan duduk semula di samping si Harun. Anak kecil itu masih tertidur dengan nyenyak. Hurairah menjilat-jilat lukanya, sementara rasa pedih dan letih terasa sekujur badannya. Mulutnya masih penuh dengan darah ular tadi, sedangkan pada mukanya terdapat luka-luka yang menganga.
Belum pulih lagi tenaganya, akan tetapi secara tiba-tiba dia mendengar suara majikannya di halaman rumah. Dengan gerakan yang lemah dan lunglai, Hurairah turun dari tempat tidur. Perlahan-lahan ia berjalan menuju ke pintu, menyambut kedatangan kedua majikannya yang sangat dicintainya itu. Dilihatnya ibu Harun berjalan menunduk sambil terisak-isak. Bapanya pula terlihat sangat sedih. Hurairah pun ikut berdukacita memperhatikannya.
Mereka berbimbingan tangan memasuki halaman rumah. Ketika mereka tiba di depan pintu, Hurairah berbunyi lembut: “Ngeong...., ngeong...., sambil terhuyung-huyung mendekati majikannya.
Tiba-tiba saja ibu Harun menjerit, “Bang....! Harun bang....!”
Suaminya terperanjat tapi tidak mengerti, “Mengapa Harun Aminah?” Tanya suaminya.
“Lihatlah si Hurairah, mulutnya berlumuran darah. Pasti anak kita telah diterkam dan dibunuhnya. Oh, Harun.... anak kita, bang. Bunuh Hurairah, bang! Ia telah memakan anak kita!” Kata si isteri.
Si suami baru tahu apa yang dimaksudkan oleh isterinya. “Betul! Mulut Hurairah penuh dengan darah segar, pasti Harun telah diterkamnya.”
Tanpa berfikir panjang, si suami lalu mengambil besi. Dengan penuh kemurkaan lalu dipukulnya benda keras itu ke tubuh si Hurairah. Kucing itu menjerit; “ngeong....” Lelaki itu bertambah marahnya lagi, lalu diambilnya pula sebuah batu, ditimpakannya ke kepala Hurairah.
Maka bercucuranlah darah dari kepala binatang yang tidak berdosa itu. Badannya terkejang-kejang. Dari matanya mengeluarkan air mata yang jernih satu-satu. Setelah mengeong untuk terakhir kalinya, kucing yang cantik itu pun menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Melihat korbannya sudah mati, maka pasangan suami isteri itu terburu-buru masuk ke bilik. Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat suasana bilik itu. Yang nampak pertama kali di depan pintu adalah bangkai seekor ular besar yang hampir putus lehernya. Maka dengan hati berdebar-debar mereka berlari ke tempat tidur. Ternyata anaknya Harun masih tetap dalam keadaan tertidur nyenyak.
Barulah mereka dapat meneka apa yang telah terjadi selama mereka tidak berada di rumah tadi. Bukan Hurairah yang bersalah, ternyata kucing itu telah berjuang mati-matian untuk menyelamatkan anak mereka. Seketika itu juga pucatlah wajah mereka. Mereka menyesal berkepanjangan. Ternyata Hurairah adalah kucing yang tetap setia. Dia tidak mempedulikan keselamatan dirinya asalkan tugas yang dipercayakan kepadanya ditunaikannya. Kalau perlu dirinya sendiri menjadi korban untuk menyelamatkan nyawa majikan kecilnya. Namun balasan yang diterimanya bukan belaian kasih sayang dan terima kasih, akan tetapi nyawanya dihabiskan dengan penuh kekejaman.
Suami isteri itu menangis tersedu-sedu menyesali kesalahannya, ia bertaubat kepada Allah SWT serta berjanji untuk tidak lagi berbuat semena-mena terhadap binatang yang tidak berdosa, tanpa periksa terlebih dahulu. Bangkai Hurairah diangkat dan diciumnya, tapi yang sudah pergi tidak akan kembali, dan penyesalan mereka juga sudah tidak bererti, kerana yang sudah mati itu tidak akan hidup lagi. Cuma sebagai pedoman atau pengajaran buat masa yang akan datang.
Selengkapnya...
“ 4 Prinsip Membedakan antara Islam dan Sekuler ”
Rabu, 11 Februari 2009
“ 4 Prinsip Membedakan antara Islam dan Sekuler ”
Oleh:
Asy-Syaikh Al-Allamah al-Faqih Mujahid Ali bin Khudlair al-Khudlair Hafidzhahulloh
Segala Puja dan puji hanya milik Alloh Ta’ala. kita memuji, meminta pertolongan, memohon ampun kepada-Nya, kta berlindung kepada-Nya dari keburukan perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan sebaliknya, barangsiapa yang disesatkan oleh Alloh Azza wa Jalla, maka tidak ada yang memberi petunjuk kepadanya. Kita bersaksi tidak ada yang berhaq disembah melainkan Alloh satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan kita bersaksi bahwa Rasululloh Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wa Sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Amma Ba’du.
“ Sebaik-baik petunjuk ialah Kitabullah (Al-Qur’an), serta sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Rasulullah yakni Sunnahnya, dan seburuk-buruk perbuatan dan perkataan ialah yang diada-adakan dan setiap yang diada-adakan ialah Bid’ah dan setiap KeBid’ahan itu sesat serta setiap kesesatan itu ialah tempatnya di dalam Naar (Neraka) “.
Muqaddimah.
Segala puji bagi Alloh, rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarganya, dan para shahabatnya. Wa ba’du.
Ini adalah risalah singkat yang membahas tentang kaidah-kaidah yang bisa digunakan oleh seorang muslim untuk mengetahui perbedaan antara agamanya yang agung dengan agama neo-paganisme dan syirik kontemporer yang dinamakan dengan sekularisme beserta cabang-cabangnya. Dengan mengetahui perbedaan itu ia bisa menjauhinya, meninggalkan, serta melepaskan diri darinya dan para pengikutnya yang disebut dengan sekularis. Dia bisa membebaskan diri dari mereka karena Alloh, membenci, mengkafirkan, memusuhi, dan berjihad terhadap mereka, baik mereka yang berperan sebagai pemikir, intelektual, politikus, pemerintah, jurnalis, penyanyi, atau pelukis, baik yang berupa teori, lembaga pemerintah atau lembaga non-pemerintah (LSM). Berikut inilah keempat kaedah tersebut
Kaedah 1
Kaum musyrikin yang menjadi obyek diutusnya Rasululloh Muhammad Ibnu Abdillah Shallallahu’ Alaihi Wa Sallam adalah kaum yang tetap meyakini tauhid rububiyyah
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “ Alloh ”. Maka Katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus:31)
Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Alloh.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Alloh.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” Katakanlah: “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Alloh.” Katakanlah: “(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS. Al-Mu’minun:84-89)
Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Alloh, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Alloh (dengan sembahan-sembahan lain). (QS.Yusuf:106)
Meskipun demikian, Rasululloh tetap memerangi mereka, menyatakan kekufuran mereka dan tidak memasukkan mereka ke dalam kelompok Islam
Kaum sekularis yang moderat masih mengakui tauhid rububiyyah. Mereka pun masih melakukan beberapa macam bentuk ibadah, tetapi itu semua tidak menyebabkan mereka masuk ke dalam Islam. Adapun kaum sekular yang ekstrim, maka mereka mereka lebih sesat lagi, sebab mereka tidak memiliki sesembahan dan tudak pula memiliki rabb, kehidupan bagi mereka adalah materi belaka.
Kaedah ke-2
Rasululloh Shallallahu’ Alaihi Wa Sallam diutus kepada umat manusia yang memiliki perundang-undangan tersendiri. Undang-undang itu mereka gunakan untuk memutuskan persengketaan di antara mereka. Mereka memiliki tradisi jahiliyah, yang mereka jadikan landasan kehidupan mereka, sehingga mereka menolak hukum dan hidayah Alloh. Karena itulah Alloh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu’ Alaihi Wa Sallam mengkafirkan dan memerangi mereka, serta tidak memasukkan mereka ke dalam Islam. Di antara perundang-undangan yang mereka miliki, sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur’an
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Alloh ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (QS.Al-An’am:121)
Dan Alloh Azza wa Jalla berfirman tentang kaum Quraisy dan para pengikutnya
“ Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Alloh yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? “ (QS. asy-Syura:21)
Dan kaum sekuler saat ini juga memiliki perundang-undangan, hukum positif, baik hukum kenegaraan, daerah atau hukum internasional. Hukum itulah yang digunakan untuk memutuskan persoalan yang timbul di antara mereka. Mereka juga memiliki tradisi dan budaya jahiliyah yang menjadi dasar kehidupan mereka. Mereka menamakan tradisi mereka sebagai peradaban, pencerahan dan kemajuan. Mereka tidak menerima hukum Alloh Azza wa Jalla dan petunjuk-Nya, maka mereka pun harus dikafirkan dan kaum muslim harus berlepas diri dari mereka.
Kaedah ke-3
Bahwa Rasulullah Shallallahu’ Alaihi Wa Sallam datang kepada manusia yang masih berpegang pada ajaran agama dalam satu keadaan tetapi meninggalkannya dalam keadaan yang lain. Mereka menyembah Alloh dalam keadaan sulit, tetapi dalam keadaan lapang mereka melalaikan Alloh Azza wa Jalla. Dalam kondisi seperti itu, mereka tetap dinamakan sebagai musyrik. Alloh Azza wa Jalla berfirman:
“ Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; Maka tatkala Alloh menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Alloh) “. (QS. al-Ankabut:65)
Demikian juga, mereka memberikan suatu hak kepada Alloh Azza wa Jalla, dan juga memberikan hak yang lain kepada berhala mereka, sebagaimana disebutkan di dalam firman Alloh Azza wa Jalla
Lalu mereka berkata sesuai: “Ini untuk Allah dan Ini untuk berhala-berhala kami”. ( QS. al-An’am:136)
Kaum sekular juga demikian, mereka menyembah Alloh Azza wa Jalla di masjid dan di bulan Ramadhan. Dalam pernikahan, talak, dan urusan perdata mereka mengikuti aturan Alloh, tetapi dalam urusan yang lain mereka kembali kepada perundang-undangan dan tradisi mereka yang sesat.
Kaidah ke-4
Rasululloh Shallallahu’ Alaihi Wa Sallam diutus kepada kaum yang memiliki bermacam-macam tuhan, Ada di antara mereka yang menyembah berhala, patung, malaikat, jin, bintang-bintang, api, Nabi Isa bin Maryam dan nabi-nabi lainnya, serta orang-orang shalih. Rasululloh Shallallahu’ Alaihi Wa Sallam tidak membeda-bedakan mereka dalam menjatuhkan vonis kafir dan memutuskan untuk memerangi mereka. Kaum sekular demikian juga, mereka memiliki banyak tuhan. Dilihat dari sesembahannya, ada di antara mereka yang menyembah Amerika, ada yang menyembah Eropa, Rusia, dan PBB. Ada pula yang menyembah teori, ada yang menyembah negara, nasionalisme, ras, dan ada yang menyembah pemimpin dan tokoh intelektual mereka. Maka mereka (antara kaum jahiliyah Quraisy dengan kaum sekular) sama dalam kekufuran dan riddah (kemurtadan).
Masalah:
Menyusul persoalan sekularisme di atas, ada kelompok-kelompok yang akhir-akhir ini muncul, menjembatani, mengikut dan menempel pada kaum sekular. Kelompok-kelompok ini secara garis besar terdiri dari dua golongan, yakni;
a- Dilihat dari aspek keimanan dan pengkafiran, kelompok ekstrimis murji’ah.
b- Dilihat dari aspek fiqih adalah kelompok pengikut hawa nafsu, permisif, tunduk pada realitas dan menggampangkan, yang ujung-ujungnya termasuk ke dalam kategori zindiq.
Penutup.
Kami tambahkan di sini pendapat Syaikh Al-Allamah Al-Faqih Abdurrahman bin Muhammad ad-Dausiri Rahimahulloh. Di antara kelompok yang mula-mula menampakkan diri sebagai neo-paganisme, dan syirik kontemporer yang terlaknat adalah sekularisme. Beliau mengatakan di dalam penutup risalah Kasyfu Syubuhat, cetakan pertama tahun 1385 H, yang menjadi penutup kitab kasyfu syubuhat karya Syaikh Mujadid Al-Allamah Al-Faqih Muhadist Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi Rahimahulloh, “di dalam kitab ini beliau telah membukakan tabir neo-paganisme, dan syirik kontemporer, sebagaimana Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi Rahimahulloh telah menyingkap persoalan syirik di masanya.
Asy-Syaikh Abdurrahman ad-Dausiri Rahimahulloh mengatakan, “Sesungguhnya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahulloh di dalam kitabnya Kasyfu Syubuhat telah mendiagnosa syirik khurafat dalam berbagai bentuknya, seperti berdo’a kepada mayat, makhluk ghaib dan mensucikan kuburan. Kemudian setelah itu muncul berbagai bentuk syirik dengan julukan dan nama yang membuat kaum awam tertipu, dan orang-orang yang mendendam dan berkepentingan menjadi ketergantungan pada nama itu.
Kemudian beliau mengatakan, “Sesungguhnya pemimpin besarnya adalah Yahudi dan Majusi, karena mereka khawatir akan bangkitnya Islam yang bersih dari penyimpangan yang dihasung oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahulloh dan para pendukungnya.
Pada masa ini para pendukung gerakan tersebut dari kaum kita berusaha menyalakan semangat jahiliyah dengan kesombongan fanatisme nasionalisme di setiap ummat Islam. Maka nampaklah neo paganisme dan para penyembah materi dan syahwat, pengkultus individu dengan alasan ras atau nasionalisme, sehingga mencakup seluruh penjuru dunia Islam dan bangsa Arab, khususnya neo-kemurtadan dengan menjiplak prinsip-prinsip ajaran nasionalisme dan sekte materialisme yang dihiasi dengan berbagai julukan yang secara dhahir tampak sebagai bentuk kasih sayang tetapi hakekatnya adalah adzab. Setelah memberikan muqaddimah ini Asy-Syaikh Abdurrahman ad-Dausiri Rahimahulloh berbicara tentang makna uluhiyyah dan dasar-dasarnya.
Dasarnya ada dua, yaitu;
1- Mengingkari segala bentuk sesembahan
2- Mengesakan Alloh dalam ibadah dan tunduk kepada hukum-Nya
Selanjutnya beliau menjelaskan tentang hakekat ibadah, cinta karena Alloh dan benci kepada musuh-musuh agama. Kemudian menjelaskan hakekat millah Nabi Ibrahim ‘Alaihi Sallam. Dan beliau mengatakan, “Dengan itu Anda bisa mengetahui sejauh mana kebanyakan orang yang menyangka dirinya muslim itu telah tenggelam ke dalam neo-paganisme, dan seberapa kuat prinsip-prinsip Barat dengan segala sekte materialisme menghegemoni pikirannya, sehingga mereka menjadikan hukum nasional berada di atas hukum Alloh. Mereka menjadikan dirinya memilih dalam hal yang mereka syariatkan dan mereka atur dengan menyelisihi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Alloh dan Rasul-Nya. Mereka mengikuti apa yang didiktekan oleh tokoh-tokoh yang mereka pertuhankan dengan kecintaan dan pengagungan, dan mereka angkat tokoh-tokoh itu sebagai tandingan-tandingan bagi Alloh, seperti nasionalisme, dan segala tuntutan sekte materialisme…
Kemudian beliau menyebutkan orang yang menjadikan negara sebagai tandingan bagi Alloh, dalam kata mereka; ”Negerimu berdiri di atas segala agama, karena itu berbuka dan berpuasa..Mereka mendatangkan wala’ kepada musuh Alloh dengan alasan ras dan negara, dan meniadakan syari’at dengan alasan perkembangan yang rusak, dan ibadah segala sesuatu thaghut di jalan itu
Dan di antara prinsip-prinsip mereka yang bathil, adalah;
• agama itu untuk Alloh dan negara untuk bersama
• agama adalah hubungan hamba dengan Tuhan saja tidak berkaitan dengan persoalan hidup di dunia
• suara rakyat adalah suara Tuhan
Beliau menyebutkan bahwasannya alumni sekolah kolonialis senantiasa menopang (yurakizu) pemahaman ini di berbagai tingkat umat Islam. Dan berkata bahwa yang pertama-tama diwajibkan oleh kolonial atas kita adalah budayanya melalui di sekolah-sekolah itu. Kemudian beliau berkata, maka kaum muslimin, baik yang tua maupun yang muda, baik pemerintah maupun rakyatnya, hendaklah meluruskan neo-syirik dan neo-paganisme tersebut. Sekian. Barakallohu’ Fiik, Semoga tulisan ini bermanfaat. Wa’akhiru Dakwathuna. Subhanakallohumma’ Wabihamdikaa’ Ashadu’alaa ‘illaa Anta Astaqfiruka Wa’athubuhu ‘Ilaika. Nun Wal Qolami Wamaa’ Yasthurun, Walhamdulillahirobbil Alamien. Wallohu’ Ta’ala A’lam bish Showab.
Dan segala puji bagi Alloh Robb semesta alam dan shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad Ibnu Abdillah Shallallahu’ Alaihi wa Sallam dan keluarganya dan para shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.
Asy-Syaikh Al-Allamah al-Faqih Mujahid Ali bin Hudlair al-Hudlair Hafidzhahulloh
(Ulama & Mujahid Da’wah Di Saudi Arabia Penulis Produktif salah satunya karya Beliau Asy-Syaikh yang mulia adalah Kitab Ashlu’ Dienil Islam)
Diterjemahkan Oleh:
Abu Hanifah Muhammad Faishal alBantani al-Jawy bin Shalih abu Ramadhan, dkk
Selengkapnya...