Senin, 11 Juli 2011

Kisah Laparnya Abu Hurairah Ra

Kisah Laparnya Abu Hurairah ra.
Sumber : http://www.jkmhal.com/main.php?sec=content&cat=2&id=8027
Abu Hurairah menceritakan pengalamannya: “Aku pernah mengalami lapar
yang hanya Allah sajalah yang mengetahui keparahannya, sehingga demi
Allah yang tiada Tuhan, selain Dia, aku pernah pingsan di antara
mimbar dan rumah Rasulullah SAW.”

Abu Hurairah melanjutkan: “Selanjutnya, datanglah seorang shahabat
mendekatiku. Dia mengira bahwa diriku kerasukan Jin.”
“Pada suatu malam aku shalat bermakmum kepada Rasulullah SAW sedang
aku dalam keadaan sangat lapar.” Dalam riwayat lain disebutkan bahwa
rasa lapar yang dialaminya sampai kepada tahap yang membuatnya tidak
lagi mengetahui apa yang dibaca oleh Rasulullah SAW dalam shalatnya
bersama mereka.
“Setelah beliau selesai dari shalatnya, aku keluar untuk menghadang
orang-orang dengan harapan semoga ada diantara mereka yang mau
membawaku ke rumahnya, lalu memberiku makan.”
Akan tetapi, apakah dia menghadang orang lain untuk mengatakan
kepadanya: “Berilah aku makan!” Atau apakah dia mengatakan:
“Kenyangkanlah diriku dan berilah aku minum?” Tidak, bahkan dia
menghalangi orang lain, lalu menanyakan kepada mereka makna sebagian
dari ayat-ayat Al-Qur’an barangkali saja mereka memahami maksudnya,
lalu mau mengajaknya makan. Ia pun menghadang Abu Bakar, tetapi
ternyata Abu Bakar tidak memahami maksud yang sebenarnya. Bahkan ia
menjawab pertanyaanya, lalu pergi; demikkian pula `Umar ra.
Abu Hurairah melanjutkan: “Selanjutnya, Rasul SAW keluar dan aku
menghadangnya. Demi Tuhan yang diriku berada dalam genggaman
kekuasaan-Nya, sesungguhnya beliaulah yang mulai menyapaku sebelum aku
memulainya. Beliau tersenyum, lalu bersabda; `Kemarilah bersamaku!’”
Rasulullah SAW memahami bahwa sesungguhnya Abu Hurairah tidak membawa
pertanyaan, melainkan membawa rasa lapar dan haus.
Abu Hurairah melanjutkan; “Beliau lalu memasukkanku kedalam rumahnya
dan tiada yang terdapat di dalam rumahnya, kecuali hanya sepotong roti
tanpa ada sebutir kurma pun dan juga tanpa ada anggur kering sedikit
pun. Tiada suatu makanan yang lain pun di dalam rumahnya, kecuali
hanya semangkok loban (yoghurt). Ketika aku melihat loban, aku berkata
kepada diriku sendiri; `Beliau pasti akan memberiku minum sekarang dan
dengan izin Allah rasa laparku nanti akan hilang.’ Rasulullah SAW
memanggil; “Hai Abu Hurairah!’ Aku menjawab; `Labbaika wasa’daika, ya
Rasulullah.’ Rasulullah SAW bersabda; “Temuilah orang-orang fakir
miskin ahli suffah yang ada di emper masjid itu dan undanglah mereka
semua.’”
“Aku berkata kepada diriku sendiri; `Hanya Allah yang dimintai
pertolongan. Aku lebih utama untuk mendapatkan loban ini, karena
apabila ahli shuffah yang jumlahnya kurang lebih antara tujuh puluh
sampai delapan puluh orang itu datang semuanya, tentulah mereka tidak
akan menyisakan loban barang setetes pun, lalu apakah yang tersisa
untukku?Akan tetapi, perintah Rasulullah SAW tetap harus aku laksanakan.’”
Abu Hurairah pergi menemui ahli Shuffah dan mengundang mereka, lalu
mereka datang dengan bergegas-gegas hingga senmuanya masuk menemui
Rasulullah SAW. Rasulullah SAW pun memberi mereka minum dari loban
itu, hingga mereka minum dan kenyang semuanya, sedang Abu Hurairah
hanya dapat memperhatikan adegan itu dengan rasa penuh kekesalan.
Setelah selesai, mereka keluar dan Rasululah SAW bersabda; “Hai Abu
Hurairah!” Aku menjawab; “Labbaika wa sa’daika, ya Rasulullah.” Rasul
bersabda; “Ambillah wadah itu dan minumlah!” Aku pun minum, demi Allah
hingga kenyang. Rasul SAW bersabda; “Minum lagi!” Aku menjawab; “Wahai
Rasulullah SAW., demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan benar sebagai
seorang nabi, aku tidak menemukan tempat lagi untuknya (sudah
kenyang).” Selanjutnya, Rasul SAW mengambil sisanya yang masih ada
dalam wadah itu, kemudian membaca bismillah dan meminumnya. (HR.
Bukhari, Ahmad, dan Thabrani)
Sesungguhnya Nabi SAW mengalami kelelahan dan kelaparan, tetapi
imbalan pahala yang diharapkannya bukanlah di dunia ini karena dunia
adalah kehidupan yang fana bagaikan bayangan pohon. Bahkan karunia dan
kepuasan yang akan diperolehnya adalah kelak di akhirat sebagaimana
yang disebutkan oleh firman-Nya:
“Dan kelak Tuhanmu pasti akan memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu
(hati) kamu menjadi puas.” (QS. Adh-Dhuha (93): 5)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar